Api yang Tak Pernah Padam
Oleh: ANJAS MUHARMAN, S.AP., M.AP. Peneliti Tepat 128 tahun lalu, lahirlah Sang Pemikir Merdeka, seorang tokoh pejuang kemerdekaan yang tan...

![]() |
Oleh: ANJAS MUHARMAN, S.AP., M.AP. Peneliti |
Hari ini, 2 Juni, kita bukan sekadar mengenang hari kelahiran seorang manusia, tapi kita memperingati kelahiran nyala api perjuangan. Kita merayakan hadirnya pemikir besar revolusi Indonesia. Ia adalah keberanian untuk berpikir merdeka di tengah belenggu kolonialisme dan dogma. Ia adalah suara keras dari rakyat kecil yang ingin bangkit, berdiri, dan menjadi tuan di negerinya sendiri. Ia dituduh, diburu, dibuang, bahkan ditembak tanpa pengadilan. Ia bukan hanya simbol perlawanan terhadap penjajahan, tapi juga simbol keberanian berpikir melampaui zaman, meskipun harus menghadapi pengasingan, pengkhianatan, dan kematian. Sosok yang tak gentar disingkirkan, bahkan dikubur dalam sunyi. Tetapi tak pernah mati dalam ide dan semangat. Dan justru karena itulah ia abadi. Ia tak punya kursi kekuasaan tapi pikirannya membangunkan negeri ini dari tidur panjang perbudakan.
Madilog bukan sekadar buku. Itu peluru untuk membongkar takhayul, mitos, dan dogma yang membungkam akal sehat. "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda", katanya. Maka hari ini, mari kita kobarkan kembali semangatnya untuk menolak penindasan, untuk melawan ketimpangan, untuk mewujudkan 100 persen kemerdekaan.
Selamat ulang tahun, bung. Namamu abadi dalam pemikiran dan perjuangan bangsa ini. (AM)