Muhammadiyah : Harmoni dan Dinamika Kader Ideologis, Biologis, dan Oportunis
Arifman Kepala TPQ Bustamuddin Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah lama menjadi pilar penting d...

![]() |
Arifman Kepala TPQ Bustamuddin |
Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah lama menjadi pilar penting dalam dinamika sosial, pendidikan, dan keagamaan. Keberlangsungannya hingga kini tak lepas dari peran sentral para kadernya. Dalam diskursus internal, sering muncul pembagian kategori kader menjadi tiga jenis: kader ideologis, kader biologis, dan kader oportunis. Memahami ketiga kategori ini membantu kita melihat kompleksitas dan kekayaan sumber daya manusia yang menggerakkan Muhammadiyah.
Kader Ideologis: Penjaga Api Persyarikatan
Kader ideologis adalah tulang punggung Muhammadiyah. Mereka adalah individu-individu yang mendedikasikan diri sepenuhnya pada prinsip-prinsip dasar dan cita-cita luhur Muhammadiyah. Motivasi utama mereka adalah keikhlasan, pengabdian, dan komitmen terhadap dakwah amar makruf nahi mungkar. Para kader ini secara mendalam memahami Manhaj Tarjih, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, serta Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah.
Mereka tak gentar menghadapi tantangan, selalu siap berkorban waktu, tenaga, bahkan harta demi kemajuan persyarikatan. Kehadiran mereka sering terlihat di lini terdepan kegiatan Muhammadiyah, mulai dari majelis taklim, amal usaha, hingga pergerakan sosial. Mereka adalah figur yang merawat dan menyemai nilai-nilai Muhammadiyah dari generasi ke generasi, memastikan organisasi tetap relevan dan progresif.
Kader Biologis: Estafet Tradisi dan Keturunan
Istilah kader biologis merujuk pada individu yang lahir dan tumbuh besar di lingkungan keluarga Muhammadiyah. Sejak kecil, mereka telah terpapar dengan nilai-nilai, tradisi, dan aktivitas persyarikatan. Lingkungan ini memberikan fondasi yang kuat bagi pemahaman mereka tentang Muhammadiyah, bahkan sebelum mereka secara sadar memilih jalan tersebut.
Kader biologis memiliki keunggulan dalam hal pemahaman kultural dan jejaring internal yang kuat. Mereka cenderung lebih mudah beradaptasi dengan sistem dan kebiasaan yang ada di Muhammadiyah. Namun, tantangannya adalah memastikan bahwa "biologis" tidak hanya berarti "keturunan", melainkan juga diiringi dengan pendalaman ideologi yang memadai. Penting bagi mereka untuk tidak hanya mewarisi, tetapi juga menghayati dan mengaktualisasikan ajaran Muhammadiyah dalam kehidupan sehari-hari.
Kader Oportunis: Tantangan dan Peluang
Kategori kader oportunis seringkali menjadi bahan diskusi yang lebih sensitif. Mereka adalah individu yang bergabung atau aktif di Muhammadiyah dengan motivasi yang tidak murni didasari oleh ideologi atau pengabdian. Alih-alih demikian, mereka melihat Muhammadiyah sebagai wahana untuk meraih keuntungan pribadi, baik itu popularitas, jabatan, pengaruh, atau sekadar pengakuan sosial.
Keberadaan kader oportunis bisa menjadi dilema. Di satu sisi, mereka dapat membawa energi baru, koneksi, atau sumber daya yang mungkin bermanfaat bagi persyarikatan. Namun, di sisi lain, motivasi tersembunyi mereka berpotensi merusak integritas organisasi, menimbulkan friksi internal, atau bahkan mengikis kepercayaan publik jika tindakan mereka tidak selaras dengan prinsip-prinsip Muhammadiyah. Oleh karena itu, penting bagi Muhammadiyah untuk memiliki mekanisme penyaringan dan pembinaan yang kuat untuk mengarahkan potensi positif kader oportunis sambil meminimalisir dampak negatifnya.
Harmoni dalam Dinamika
Muhammadiyah, dengan segala kompleksitasnya, adalah wadah bagi ketiga jenis kader ini. Idealnya, kader ideologis menjadi lokomotif penggerak, kader biologis menjadi estafet yang memastikan keberlanjutan, dan potensi positif dari kader oportunis dapat diolah menjadi kekuatan tambahan. Tantangannya adalah bagaimana Muhammadiyah mampu menjaga harmoni dan keseimbangan di antara mereka.
Proses perkaderan Muhammadiyah memiliki peran krusial dalam membentuk kader ideologis yang kuat, memberdayakan kader biologis dengan pemahaman yang mendalam, dan membina kader oportunis agar dapat menyelaraskan niatnya dengan tujuan persyarikatan. Dengan demikian, Muhammadiyah dapat terus bergerak maju, menjalankan misi dakwahnya, dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan umat dan bangsa.