Menemukan Lapangan Tanding yang Sesungguhnya

Oleh: ANJAS MUHARMAN, S.AP., M.AP. Akademisi Pemuda sering dianggap sebagai komponen utama dalam pembangunan bangsa, motor penggerak peruba...

Oleh: ANJAS MUHARMAN, S.AP., M.AP.
Akademisi

Pemuda sering dianggap sebagai komponen utama dalam pembangunan bangsa, motor penggerak perubahan, dan harapan masa depan. Namun, di tengah arus perubahan global yang semakin cepat dan tantangan zaman yang kian kompleks, muncul pertanyaan krusial: dimana sebenarnya lapangan tanding para pemuda hari ini?

Medan pertempuran telah berubah, tidak lagi bergerilya di hutan menggunakan senapan sebagai senjata perang, tetapi bertransisi ke ranah intelektual, digital dan literasi. Senjata perjuangan bukan lagi peluru, melainkan gagasan, inovasi, dan teknologi. Sayangnya, di tengah peluang yang begitu luas, tidak sedikit pemuda yang masih kebingungan. Bukan karena mereka tidak memiliki potensi, melainkan karena belum menemukan ruang yang tepat untuk menyalurkan kemampuannya. Banyak di antara mereka yang memiliki ide brilian dan semangat tinggi, tetapi masih mencari panggung untuk unjuk gigi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka pada kelompok usia muda (20–35 tahun) masih mengkhawatirkan, yakni di angka 25,85%. Statistik ini menjadi cerminan bahwa tantangan generasi muda tak hanya soal tersedianya lapangan kerja, tetapi juga kesiapan untuk mengambil peran di tengah arus dunia yang bergerak secara drastis.

Setelah menyelesaikan pendidikan, tak sedikit pemuda yang tiba-tiba merasa kehilangan arah. Mereka seakan berdiri di tengah persimpangan jalan yang padat: jika tidak dihantam dari depan, mereka bisa saja tergilas dari belakang; jika tidak tersisih dari kiri, akan terdesak dari kanan. Dunia pasca pendidikan menuntut tidak hanya kecerdasan intelektual semata. Namun, memerlukan ketangguhan mental, integritas, dan kesiapan untuk menghadapi realitas tanpa kompromi. Inilah medan juang yang sebenarnya: kehidupan nyata, yang dinilai secara langsung melalui pencapaian dan dampak nyata, bukan lagi dalam bentuk angka. Realitas tidak memperdulikan latar belakang seseorang, tetapi yang lebih penting sumbangsih apa yang telah diberikan.

Di tengah era yang dibanjiri opini dan konten digital, muncul anggapan keliru bahwa keterlibatan sosial cukup dilakukan lewat suara keras di media sosial. Namun, lapangan tanding sejati bukan hanya soal berbicara, melainkan tentang bertindak dan berdampak. Hal yang kerap terlupakan bahwa perjuangan tidak melulu berbunyi nyaring, justru terkadang bekerja di jalur sunyi dengan penuh konsistensi, sehingga menghasilkan perubahan nyata. Dunia tidak kekurangan komentar, tetapi kekurangan aksi. Tidak kekurangan opini, tetapi minim kontribusi. Pemuda hari ini dituntut untuk tidak hanya bersuara, tetapi juga berkarya. Mereka perlu hadir secara aktif dalam dinamika sosial, tidak lagi sekadar mengejar eksistensi lewat konten viral. Karena di akhir hari, dunia tidak menanyakan seberapa keras kita berbicara, tapi seberapa nyata kita berdampak.

Mereka yang bersedia mengajar di pelosok, merintis usaha dari nol, menulis buku, membangun komunitas literasi, atau menciptakan aplikasi untuk menyelesaikan masalah sehari-hari, inilah para petarung abad ini. Seperti kata Bung Karno, "Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia." Namun, yang dimaksud tentu bukan sembarang pemuda, melainkan mereka yang berjuang dengan pengetahuan, kerja keras, dan cita-cita luhur. 

Kreativitas merupakan salah satu modal utama generasi muda. Di saat peluang tidak tersedia, mereka mampu menciptakannya sendiri. Yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk memulai, ketekunan untuk terus berjalan, dan keyakinan yang menjaga semangat tetap menyala. 

Inilah tantangan bagi kita semua: baik individu, institusi pendidikan, pemerintah, maupun masyarakat, untuk menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuh kembangnya potensi generasi muda. Dunia telah berubah, dan begitu pula cara kita berjuang. Namun satu hal yang tetap sama: pemuda akan selalu menjadi aktor utama dalam membentuk masa depan bangsa.

Memang, tantangan zaman hari ini tidak ringan. Tapi sejarah tak pernah menuliskan nama mereka yang memilih mundur dari perjuangan. Ia mencatat mereka yang tetap hadir, walau terluka dan terjatuh. Maka, kepada para pemuda: temukanlah lapangan tandingmu. Tak perlu besar dan ramai, tapi pastikan di sanalah kamu tumbuh, berjuang, dan memberi makna. Karena setiap generasi memiliki panggungnya masing-masing. 

Kini saatnya kita memilih: menjadi pelaku perubahan, atau sekadar penonton sejarah”.


Related

Rawang 7951863339306840201

Terbaru

Hot in week

Komentar

item